Obat dan Makanan yang Harus Dihindari Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri di Rumah
12 min readSaat ini, pasien Covid-19 tanpa gejala ataupun bergejala ringan harus melakukan isolasi mandiri di rumah saja. Namun, ada beberapa obat yang harus dihindari dan tidak disarankan untuk dikonsumsi
Hal ini dikarenakan, pasien tanpa gejala dan bergejala ringan bisa disembuhkan utamanya dengan meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, mereka biasanya diharuskan untuk mengonsumsi makan-makanan bernutrisi secara cukup dan seimbang.
Konsumsi tambahan bagi pasien isolasi mandiri adalah ragam multivitamin seperti vitamin C, vitamin D, vitamin B, dan Zinc.
Tidak hanya itu, istirahat yang cukup, rajin berjemur, mengelola stres dan emosi diri, serta mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter penanggung jawab atau petugas dari fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat menjadi modal penting untuk segera pulih dari penyakit Covid-19 ini.
Namun, ada pula beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para pasien Covid-19 yang dirawat di rumah, yakni mengenai beberapa jenis obat-obatan yang tidak boleh atau harus dihindari jangan sampai mengonsumsinya selama menjalankan isolasi mandiri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia menyatakan, dalam keadaan apapun saat sakit, instruksi tenaga kesehatan pasien harus diikuti dengan tepat.
Jangan asal inisiatif mengonsumsi obat tanpa basis bukti ilmiah, dan hanya karena pernah mendengarnya dari omongan tetangga, netizen di media sosial, ataupun broadcast di grup-grup WhatsApp.
“Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan obat lain tanpa anjuran dari tenaga kesehatan,” tegas WHO Indonesia seperti dikutip dari akun Instagram resminya @whoindonesia.
Berikut jenis obat yang harus dihindari pasien Covid-19 saat isolasi mandiri di rumah.
1. Antibiotik tanpa resep dokter
Para ahli dan juga WHO menegaskan agar masyarakat terutama psien Covid-19 tidak asal mengonsumsi obat-obatan yang hanya diketahui berdasarkan cerita-cerita yang menyebar luas di media sosial tanpa diketahui benar dan tidaknya, salah satunya antibiotik.
“Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan antibiotik. Covid-19 disebabkan oleh virus. Antibiotik tidak berdampak pada virus”, jelas WHO.
Dokter akan meresepkan antibiotik hanya jika pasien Covid-19 memiliki gejala yang disebabkan infeksi bakteri, dan itu butuh analisis yang pasti oleh dokter.
2. Hidroksiklorokuin
Obat berikutnya yang harus dihindari pasien Covid-19 adalah hidroksiklorokuin. Hidroksiklorokuin adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria.
Meski pada awalnya obat yang satu ini diisukan dapat mengobati pasien Covid-19, tetapi dalam hasil pengujian atau risetnya menunjukkan bahwa obat itu tidak memiliki efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi Covid-19 dan bahkan dapat meningkatkan risiko kematian.
Sehingga, jangan coba-coba untuk mengonsumi obat malaria yang satu ini saat terinfeksi Covid-19.
3. Lopinavir
Obat berikutnya yang tidak boleh dikonsumsi pasien Covid-19 adalah Lopinavir.
Lopinavir adalah kombinasi obat antivirus yang digunakan sebagai obat pendukung untuk menangani infeksi HIV.
Sehingga, Lopinavir menjadi obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiretroviral (ART) untuk orang dengan HIV.
Ilmuwan Inggris dari Universitas Oxford yang menjalankan uji coba RECOVERY pada bulan Juni mengatakan bahwa hasil awal menunjukkan tak ada manfaat dari obat lopinavir-ritonavir dalam menurunkan risiko kematian pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
4. Ivermectin
Berdasarkan daftar obat-obat yang dikeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak ada obat Ivermectin di dalamnya.
Kepala BPOM Penny K Lukito menyampaikan bahwa Ivermectin adalah obat keras yang tidak boleh dibeli secara perseorangan tanpa resep dokter, dan tidak bisa diperjualbelikan tanpa distribusi obat yang baik. (2/7/2021)
Penny juga menegaskan, penggunaa Ivermectin saat ini hanya untuk cacingan dan infeksi cacingan.
Sehingga, masyarakat tidak boleh menggunakan obat ini secara sembarangan untuk mengobati penyakit apalagi mencegah Covid-19. Sebab, data-data uji klinis yang ada belum kompulsif untuk menunjang Ivermectin sebagai obat Covid-19.
WHO juga menyarankan agar pengobatan Covid-19 ivermectin hanya dilakukan dalam uji klinis saja.
5. Remdesivir
Obat berikutnya yang tidak direkomendasikan WHO untuk pengobatan pasien Covid-19 adalah Remdesivir.
WHO saat ini belum merekomendasikan penggunaan remdesivir pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, apa pun tingkat keparahan penyakitnya, karena belum ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa penggunaannya bermanfaat.
“Obat yang sudah pendapatkan EUA sebagai obat Covid-19 baru dua, Remdesivir dan Favipiravir”, ujar Penny dalam pemberitaan, (5/7/2021).
“Tapi, tentu saja, berbagai obat yang juga digunakan sesuai dengan protap yang sudah disetujui tentunya dari organisasi profesi ini juga kami dampingi untuk percepatan apabila membutuhkan data pemasukan atau data untuk distribusinya”, kata Penny.
Kategori zat aktif atau bentuk persediaan Remdesivir:
- Remidia
- Cipremi
- Desrem
- Jubi-R
- Covifor
- Remdac
- Remeva, kategori zat aktif Remdesivir larutan konsentrat untuk infus
Pada zat aktif Remdesivir, indikasi pengobatan bagi pasien dewasa dan anak-anak yang dirawat di rumah sakit yang telah terkonfirmasi Covid-19 dengan tingkat keparahan berat.
Dengan begitu, pasien Covid-19 tidak boleh mengonsumsi obat yang ada zat aktif remdesivir jika tidak diresepkan atau atas izin dokter penanggung jawab maupun pihak fasyankes yang menangani pasien tersebut.
6. Steroid
Jenis obat berikutnya yang tidak boleh dikonsumsi atau harus dihindari pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah adalah steroid.
Salah satu jenis steroid yang sempat diklaim mampu meningkatkan potensi kesembuhan pasien Covid-19 adalah Deksametason.
Namun, Infectious Disease Society of America, obat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien dalam kasus Covid-19 yang ringan karena dapat membatasi kemampuan tubuh untuk melawan virus.
“Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan steroid: Penggunaan berlebih steroid dapat berdampak serius dan mengancam nyawa, termasuk infeksi mukormikosis (jamur hitam)”, jelas WHO Indonesia.
Makanan Yang harus dihindari
Berikut beberapa jenis makanan yang perlu dihindari saat Covid-19 sebagaimana Rekomendasi WHO
1. Konsumsi Garam Berlebih
Peradangan dapat menjadi faktor risiko dalam tingkat gejala Covid-19.
Konsumsi garam yang berlebihan dapat memperburuk peradangan pembuluh darah.
WHO merekomendasikan agar kita mengonsumsi garam kurang dari lima gram per hari.
Sesuatu yang dapat dicapai dengan menyiapkan dan mengonsumsi makanan segar.
Di banyak negara, 50-75% asupan garam berasal dari bahan asli makanan, bukan dari yang ditambahkan secara pribadi.
Untuk itu hindari menambahkan garam ekstra saat memasak, bereksperimenlah dengan bumbu rempah untuk menambah cita rasa.
2. Konsumsi Gula Berlebih
Sama seperti garam, meminimalkan konsumsi gula juga dapat membantu mengurangi peradangan.
WHO merekomendasikan untuk mengkonsumsi gula sebagai asupan dari energi sekitar 6 sendok teh untuk orang dewasa.
Selain itu hindarilah makanan olahan yang terbuat dari gula, karena sering kali tidak memberikan nilai gizi apa pun.
Selain itu, American Journal of Clinical Nutrition menyatakan bahwa gula olahan dapat meningkatkan sekresi sitokin, yang dapat menyebabkan peradangan.
Konsumsi gula berlebih tidak hanya ditemukan dijenis makanan namun juga minuman terutama minuman kalengan.
Jika kita merasa ingin makan sesuatu yang manis, sebaiknya kita beralih ke buah daripada makan makanan olahan dengan kadar gula yang tinggi.
3. Makanan Berlemak
Hal yang perlu dihindari selanjutnya adalah makanan berlemak khususnya lemak jenuh.
Lemak jenuh adalah unsur lain yang dapat meningkatkan peradangan, mengingat lemak jenuh menyebabkan peradangan pada jaringan lemak.
Oleh karena itu, konsumsi lemak jenuh dianjurkan tidak melebihi 10% dari asupan kalori harian kita.
Beberapa contoh makanan yang mengandung lemak jenuh adalah keju dan daging merah.
Pasien Covid-19 lebih dianjurkan mencukupi kebutuhan lemak dari lemak yang lebih sehat yang bisa ditemukan pada telur, ikan berlemak, kacang-kacangan, dan alpukat.
Masih belum ada rekomendasi resmi dalam hal merancang diet untuk melindungi kita dari COVID-19. Namun, kita bisa mengikuti panduan ini untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh kita.
4. Hindari Makanan atau Minuman Mengandung Alkohol
Dikutip dari situs WHO, Alkohol bukan hanya zat yang dapat menghilangkan kesadaran dan membuat ketergantungan.
Alkohol tidak memiliki batas aman untuk dikonsumsi dan menkonsumsi alkohol juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Konsumsi alkohol juga diketahui meningkatkan gejala depresi, kecemasan, ketakutan, dan kepanikan.
Dalam hal tertentu gejala itu dapat meningkat selama isolasi mandiri, meskipun Anda mungkin berpikir bahwa itu akan membantu Anda mengatasi stres
Attachment | Size |
---|---|
210710-Laporan Kajian Tata Kelola Alat Kesehatan Dalam Kondisi Covid-19_FINAL.pdf | 582.03 KB |
Baca juga :
- Menko PMK RI Kunjungi Gudang Farmasi Dinkes Gresik
- Lima Pejabat Resmi Daftarkan Diri sebagai Sekda Lamongan, Ini Penjelasannya