Proyek “buto ijo”di desa Bulu margi belum 1 minggu selesai di kerjakan, sudah alami retak retak di beberapa bagian
4 min readLamongan: Proyek pembangunan jaringan irigasi pelengsengan tersier dengan berbasis peran serta masyarakat petani yang di laksanakan oleh Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air, perkumpulan petani pemakai air atau yang lebih familier dikenal dengan istilah P3-TGAI di desa Bulu margi kecamatan Babat sudah alami keretakan di beberapa bagian padahal baru selesai dikerjakan. (9/6/2023).
Menurut salah satu warga yang tak mau di sebutkan namanya saat di konfirmasi di lokasi beliau menuturkan pembangunan pelengsengan tersier yang ada di desanya tersebut terhitung baru selesai di kerjakan.
“Pembangunan proyek tersebut terhitung usianya masih relatif belia namun amat di sayangkan sudah banyak yang retak”, ujarnya.
“Ini belum musim penghujan gimana kalau sudah musim penghujan tiba saya perkirakan akan semakin banyak jumlah keretakannya bahkan bisa di prediksi akan pecah lantaran terkena guyuran air deras, proyek ini bisa di katakan lagek entas mari tur ijek anget(logat jawa) tuturnya.
Saat di tanya terkait sumber dana dan nominal anggarannya beliu tidak mengetahuinya lantaran tidak adanya papan anggaran kegiatan dan prasasti yang terpasang di lokasi tersebut.
“Jangankan nominalnya, panjang, lebar tinggi bahkan sumber anggarannya dari mana kami selaku warga bulu margi tidak tahu lantaran tidak adanya papan anggaran kegiatan dan batu prasati yang terpasang di proyek ini, makanya pantas sekali di namakan proyek Buto ijo kebetulan juga di lokasi di dekat proyek tersebut ada guratan dengan tangan entah siapa yang menulis dengan kata “Proyek Buto ijo”, pungkasnya,
Menurut Ismail (kades Bulu margi) saat di konfirmasi beliau menjelaskan terkait proyek tersebut sumber anggarannya dari APBN sebesar 195 juta rupiah(7/6/2023).
” Proyek pelengsengan tersier tersebut yang lebih akrab kita sebut dengan P3-TGAI memiliki volume panjang 130 M dan tinggi 150 cm”tuturnya,
Beliau juga menjelaskan terkait keretakan pada bangunan tersebut lantaran faktor alam.
“Retaknya pada beberapa titik lantaran faktor tanah yang gerak(labil) lagian belum selesai seratus persen”tambahnya,
Saat di tanya berkenaan dengan informasi yang di dapat dari warga yang namanya enggan untuk di sebutkan, terkait musdes yang seharusnya di laksanakan tiga kali pertemuan di rangkap menjadi satu kali pertemuan beliau membenarkannya.
“Memang benar musdesnya yang seharusnya di laksanakan tiga kali pertemuan di jadikan hanya satu kali saja dan saya tahu betul itu sudah menyalai aturan, namun apalah daya kalau saya selaku pemerintah desa terlalu mempersoalkan hal itu atau menanyakannya, kehawatiran dari pihak pemerintah desa kita di kira crewet dan ruwet dan yang paling mendasar takutnya malah di kemudian hari tidak di cairkannya bantuan tersebut karena belum keseluruhan cair”paparnya,
Saat di tanya prihal tidak adanya papan anggaran kegiatan di lokasi tersebut beliau menjelaskan nantinya cukup batu prasasti saja.
“Terkait proyek proyek selain anggaran dari DD memang tidak ada biasanya hanya batu prasasti, tapi untuk proyek yang sumber anggarannya dari DD(dana desa)kita selalu memasang papan anggaran kegiatan”tandasnya,
Sementara itu menurut Solikin (salah satu BPD Bulu margi) saat di konfirmasi via whatshap beliau mengatakan bahwasannya pembangunan proyek tersebut sudah selesai seratus persen.
Pembangunan pelengsengan tersier P3-TGAI tersebut sudah selesai seratus persen, dengan volume panjang 130 M, tinggi 150 cm, lebar bawah 50 cm lebar atas 30 cm dan untuk musdesnya sendiri sebanyak tiga kali”,
“Proyek pembangungan pelengsengan tersier tersebut baru selesai 3 sampai 4 hari ini(8/6/2023).
Menurut camat babad saat di konfirmasi via Whatshap berkenaan dengan retaknya bangunan yang terhitung baru selesai di kerjakan tersebut beliau menjawab dengan singkat pihaknya akan melakukan pengecekan dahulu(8/6/2023).
“Saya cek dulu”tandasnya,
Di sisi lain menurut salah satu aktivis di kabupaten Lamongan mengungkapkan adanya kejanggalan dalam proyek tersebut.
“Saya kok agak curiga proyek ini akan di kerjakan dengan benar.”
“Musdes saja yang semestinya dilakukan tiga kali pertemuan hanya dilakukan satu kali, Padahal anggaran musdes tiga kali itu sudah ada.
“Nah kalau hanya dilakukan satu kali jelas anggarannya sisa”,
“belum lagi musdes yang ke tiga itu adalah bisa di katakan musdes laporan , baik penjelasan pembangunan yg sudah 100% , penjelasan penggunaan anggaran dan lain lain”,
“Padahal pada saat musdes yang di rapel pembangunan belum dimulai, aneh kan??”tegasnya,
Sementara itu menurut aktivis Indonesia bebas masalah mengatakan bahwasannya berkenaan dengan pembangunan proyek yang usianya relatif masih mudah namun sudah alami kerusakan itu patut di pertanyakan,
“Kalau ada sebuah proyek bangunan yang bisa di bilang baru selesai di kerjakan atau usia bangunan tersebut masih terbilang belum setahun namun sudah alami kerusakan maka ada hal yang patut di pertanyakan, baik dari komponen matreal bangunan atau cara serta proses
pengerjaannya”ujarnya,
Beliau juga menegaskan agar pihak terkait turun langsung ke bawah.
“Saya berharap kepada instansi terkait agar dalam proses pengawasan jangan hanya terimah laporan diatas meja, tanpa tahu dan kroscek di lapangan secara langsung, ini uang rakyat lo”pungkasnya,