Persaingan Harga Beras Swasta Vs Negara
4 min readTolong dibatasi swasta-swasta itu yang bermain dengan beras karena memperbesar kekuatan mereka. Dan ini sangat merugikan petani dan ketahanan mereka. Sekarang kita bersaing dengan mereka yang bebas sedangkan negara dibatasi. Saya yakin kalau negara menguasai pangan, tidak akan terjadi masalah pangan itu langka
Oleh Imam S Ahmad Bashori Al-Muhajir
Team Investigasi Reportase Petani Indonesia Sejahtera
Suaradesaku.net: Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan harga beras yang masih melambung tinggi meskipun sudah dilakukan impor beras adalah karena kondisi saat ini yang masih berada di musim panceklik, dan belum masuk kepada musim panen raya. Efeknya harga beras terus naik meski sudah ada beras impor masuk.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag, Kasan mengatakan oleh karenanya Perum Bulog masih diminta untuk mensupply dengan menggunakan beras impor untuk menstabilisasikan harga beras di pasaran.
“Pasar membaca kondisi cadangan pemerintah yang dipegang oleh Bulog. Sekarang situasi di lapangan kalau beras itu lagi panceklik. Kalau-pun ada satu atau dua barang itu harga gabahnya juga sudah naik”, ujar Kasan kepada suaradesaku.net. (Jumat,6/1/2023).
Kasan mengatakan, karena ini masih berada di musim tanam periode Desember hingga Februari sehingga harga yang terjadi di pasar merupakan harga beras berasal dari harga gabah yang masih relatif tinggi.
“Karena panen belum banyak. Ini kan musim tanam periode Desember 2022-Februari 2023, Harga yang terjadi di pasar ini kan harga beras itu berasal dari harga gabah yang masih relatif tinggi. Sehingga Bulog saat ini belum memungkinkan untuk menambah pasokan dengan pembelian atau penyerapan dari dalam negeri”, tambahnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, stok Bulog yang dipegang sekarang ini tetap harus digunakan untuk pasokan menstabilisasi atau menekan harga agar supaya tidak terus naik.
“Nanti begitu pasokannya ada lagi, masuk yang dari impor tambahan, sisanya, ya itu pasar akan bereaksi lagi. Akan menambah tekanan terhadap kenaikan harga ini dia bisa tertekan lebih rendah”, tutupnya.
Terpantau naik
Harga beras terpantau naik hari ini. Baik untuk beras kualitas bawah maupun kualitas medium.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, harga beras kualitas bawah I dan II sama-sama naik Rp.50 menjadi Rp.11.000 dan Rp10.700 per kg. Beras Medium I dan II juga naik Rp.50 jadi Rp.12.100 dan Rp.11.900 per kg.
Harga tersebut adalah rata-rata nasional, hari Rabu (21 September 2022, pukul 17.59 WIB).
Pada 15 September 2022, harga beras kualitas bawah I masih di level Rp10.950 per kg, dan kualitas bawah II berfluktuasi di Rp.10.700 per kg.
Beras kualitas medium I per 15 September 2022 tercatat di Rp12.050 per kg dan medium-II berfluktuasi di Rp.11.900 per kg.
Sementara, untuk beras kualitas super I dan II terpantau sudah bertengger di Rp.13.350 per kg dan Rp,13.000 per kg.
Di wilayah Jakarta, Informasi Pangan Jakarta mencatat, harga beras naik untuk jenis IR.III (IR 64) dan IR 42 (Pera). Naik masing-masing Rp26 dan Rp23 menjadi Rp.9.794 per kg dan Rp.12.134 per kg.
Terus melambung dan ricuh
Harga beras melambung tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Tak hanya memicu lonjakan inflasi di September, kini kenaikan harga beras mulai memicu keributan.
Pemicu inflasi
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kenaikan harga beras menjadi salah satu pemicu inflasi di bulan September 2022 hingga cetak level tertinggi sejak Desember 2014.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) menyebut salah satu penyebabnya karena ada sejumlah perusahaan swasta yang bermain dan menyebabkan harga menjadi tinggi, yakni dengan membeli gabah.
Rebutan gabah di lapangan
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengungkapkan, kenaikan harga dipicu rebutan gabah di lapangan.
“Banyak sekali dari permasalahan beras hari ini selain produksi terganggu alam. Tapi dengan berkembangnya swasta-swasta yang memproduksi beras dengan teknologi tinggi, pabrik, ini mereka menguasai. Dan Sampai hari ini juga tidak ada pengembalian buat mereka. Mereka merusak harga di lapangan”, katanya di Pasar Beras Cipinang, Senin (3/10/2022).
Pendapat berbeda
Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso dan Pengamat Pertanian Khudori mengatakan pendapat berbeda.
Disebutkan bahwa, kenaikan harga beras dipicu kebijakan pemerintah.
Yang justru menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) di saat jelang paceklik atau masuk musim tanam. Dimana, pemerintah menaikkan HPP untuk memfasilitasi pengadaan cadangan beras Perum Bulog.
“Sebenarnya salah, kalau Bulog melakukan pembelian sekarang, apalagi dengan harga yang dinaikkan. Seharusnya adalah Bulog menggelontorkan cadangan pemerintah untuk menekan kenaikan harga beras”, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso kepada awak media. (Senin,3/10/2022).
Mendorong kenaikan harga
“Ini adalah langkah yang salah dilakukan sebelum panen raya. Kalau diberlakukan di November-Desember, saat paceklik, nggak masalah. Tapi, saat ini, ketika musim gadu, di mana ada bulan tertentu kita minus, langkah Bapanas menaikkan HPP sama saja mendorong kenaikan harga beras di pasar”, jelasnya.
HPP Bulog, lanjut Khudori, menjadi referensi bagi harga di pasar. Akibatnya, harga yang diterima konsumen akan naik.
“Memang yang dilakukan Bulog ini merusak pasar. Harga beras naik ini setidaknya bisa membantu petani. Apakah benar petani menikmati kenaikan harga ini ?. Harus dicek juga. Yang jelas, ketika harga fleksibilitas diumumkan dan langsung berlaku, harga di pasar otomatis naik”, kata Khudori.
Sementara itu, Buwas mengatakan, swasta berani membeli gabah dengan harga lebih tinggi untuk memenangkan pasar dan menjualnya menjadi beras premium dengan harga lebih tinggi, sementara Bulog membeli cadangan beras pemerintah itu ada aturan dan ketentuan, yakni dibatasi harga pembelian dan harga pelepasannya.
“Tolong dibatasi swasta-swasta itu yang bermain dengan beras karena memperbesar kekuatan mereka. Dan ini sangat merugikan petani dan ketahanan mereka. Sekarang kita bersaing dengan mereka yang bebas sedangkan negara dibatasi. Saya yakin kalau negara menguasai pangan, tidak akan terjadi masalah pangan itu langka”, sebut Buwas.
Hal ini menjadi salah satu penyebab naiknya harga beras. Tercatat, harga beras per 30 September 2022 adalah Rp.12.700 per kg beras premium dan Rp.10.700 per kg beras medium.
Naik dibandingkan harga per 1 September 2022 yang tercatat Rp.12.600 per kg premium dan Rp.10.500 per kg medium.
“Tidak bisa dihindari kenaikan harga, pupuk juga naik, biaya tanam, ada distribusi, BBM naik, tapi seharusnya tidak terlalu tinggi naiknya”, kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam kesempatan yang sama.