January 19, 2025 Login Daftar

Suaradesaku.net

Situs Informasi Terbaru & Terakurat

Mengintip Omzet BUMDes Niagara Rp.30 Miliar

4 min read

Sebanyak Rp.5 Miliar uang simpan dan Rp 11 Miliar uang pinjam berhasil dikelola dalam usaha ini. Dengan usaha ini pula omzet BUMDes Wangisagara per tahunnya dapat mencapai angka Rp.30 Miliar. Dengan omzet BUMDes sebesar itu, 17% nya disumbangkan ke PADes yakni sekitar Rp.700 juta

Oleh Imam S Ahmad Bashori Al-Muhajir
Editor Moh Ardi Munichatus Sa’adah SPsi

 

Suaradesaku.netBandung: Jika mendengar tentang pasar desa apakah #SahabatSuaraDesaku pernah terpikirkan tentang omzet miliaran rupiah?. Ternyata hal ini bukan sekedar perumpamaan atau angan-angan saja loh…

Pasar Desa yang terletak di Desa Wangisagara, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung dikelola oleh BUMDes Niagara ini menghasilkan omset yang terbilang fantastis terlebih lagi jika dilihat dari sejarah dan perjalanan yang mereka lalui hingga bisa mencapai kesuksesannya sekarang ini.

 

Desa tertinggal

Pada awalnya BUMDes Niaga Desa Wangisagara (Niagara) dibentuk oleh warga desa pada tahun 2003 agar bisa mengubah kehidupan di desa karena dulunya Wangisagara termasuk dalam kelompok desa tertinggal.

Pada tahun 1999 pun, mereka pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat sebesar Rp 150 juta dalam rangka Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertingggal (P3DT). Para sesepuh desa pun berinisiatif dengan adanya dana itu untuk memanfaatkan tanah carik (tanah kas) desa yang menjadi cikal bakal Pasar Desa ini.

 

Sulit mencari kebutuhan harian

Alasan lain mengapa pembangunan desa yang dipilih karena warga desa kala itu merasa sulit dalam mencari kebutuhan rumah tangganya, karena desa terdekat berada sekitar 3 km jauhnya. Selain itu, posisi dari Desa Wangisagara dinilai cukup strategis sebab menjadi persimpangan antara tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Paseh, Ibun dan Majalaya.

 

Banyak gulung tikar

Pastinya untuk memulai sesuatu terdapat rintangan-rintangan yang mesti dihadapi, begitu pula pada awal berdirinya Pasar Desa ini karena sebanyak 48 kios yang dibangun dan mulanya hanya diisi oleh jualan warga desa setempat, tetapi warga desa belum cukup handal dalam berdagang sehingga banyak yang gulung tikar.

 

Mengalihkan pedagang luar

Tapi BUMDes Niagara menemukan solusi untuk mengalihkan mayoritas kios untuk diisi oleh pedangang dari luar desa dan alhasil pemasukan yang didapatkan dari retribusi serta penyewaan kios pun menjadikan titik awal keberhasilan dari Pasar Desa yang dikelola BUMDes Niagara, karena sekarang ini pun totalnya sudah ada 123 kios yang disewakan.

 

Rp.15 juta perhari

Salah satu pedagang desa luar, Tati Cahyati yang sudah berjualan di Pasar Desa selama 20 tahun mengungkapkan bahwa rerata omzet yang beliau peroleh sebelum pandemi adalah Rp.15 juta perhari-nya, namun saat pandemi menurun sekitar Rp.6 juta yang mana angka itu pun masih tergolong cukup tinggi untuk pendapatan seharinya.

 

4 unit usaha

Tidak berpuas diri di Pasar Desa saja, BUMDes Niagara mengembangkan sayapnya di sektor usaha lain sebanyak 4 macam unit usaha lho. Adapun kelima itu antara lain Usaha simpan pinjam, Penjualan produk UMKM, Usaha kredit barang elektronik dan Distributor mesin purifikasi air.

Dari keempat unit usaha itu, yang paling memberikan keuntungan menjanjikan dan semakin mendukung PADes setiap tahunnya adalah usaha simpan pinjam.

Dengan adanya simpan pinjam ini pun, banyak warga pemilik modal usaha merasa sangat terbantu karena mayoritas mereka adalah pedagang pasar yang di kadang waktunya memerlukan tambahan modal.

 

Omzet naik

Sebanyak Rp.5 Miliar uang simpan, dan Rp 11 Miliar uang pinjam berhasil dikelola dalam usaha ini, dan dengan usaha ini pula omzet BUMDes Wangisagara per tahunnya dapat mencapai angka Rp.30 Miliar.

“Omzet ini pun setiap tahun mengalami kenaikan”, ujar Nenneg selaku Direktur Utama BUMDes Niagara.

 

Sumbangan PADes Rp.700 juta

Dengan omzet BUMDes sebesar itu, 17% nya disumbangkan ke PADes yakni sekitar Rp.700 juta.

Uang hasil BUMDes sangat berguna dalam perputarannya meliputi kebutuhan dana sosial dan infrastruktur. Adapun dana sosial itu meliputi santunan untuk jompo, anak yatim, operasional madrasah, insentif guru ngaji, kas masjid hingga insentif pengurus RT dan RW.

 

Konten ini bisa berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu

 

Jika berhasil tidak dipuji,
Jika gagal dicaci maki.
Jika hilang tak akan dicari,
Jika mati tak ada yang mengakui

Ingin Berkontribusi?

Masuk menggunakan akun microsite anda, apabila belum terdaftar silakan klik tombol di bawah.

Independensi adalah Ruh Suara Desaku Sejak berdiri pada 4 November 2002, kami menjunjung tinggi jurnalisme yang tidak berpihak pada kepentingan politik mana pun.

Dalam setiap pemberitaan, redaksi Suara Desaku selalu berikhtiar mencari kebenaran meski di tempat-tempat yang tak disukai.

Karena itu, kami konsisten memilih pendekatan jurnalisme investigasi. Hanya dengan metode penyelidikan yang gigih dan sistematis, kami berharap bisa melayani publik dengan informasi yang benar mengenai skandal maupun pelanggaran terstruktur yang merugikan khalayak ramai.

Tentu kami tak akan bisa menjalani misi ini tanpa Anda. Dukungan Anda sebagai pelanggan Kontroversi akan membuat kami lebih independen dan lebih mampu membiayai berbagai liputan investigasi mengenai berbagai topik yang relevan untuk Anda.

Kami yakin, dengan bekal informasi yang berkualitas mengenai isu-isu penting di sekitar kita, Anda bisa mengambil keputusan dengan lebih baik, untuk pribadi, lingkungan maupun bisnis Anda.

Registrasi



10890cookie-checkMengintip Omzet BUMDes Niagara Rp.30 Miliar

Leave a Reply

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.