Diskursus Inflasi: Pengendalian, Dampak, Hitungan, Faktor, Komponen, Indikator dan Cara Pemerintah Mengatasinya
17 min read
Oleh : Imam S Ahmad Bashori Al-Muhajir
Editor : Moh Ardi
Pada daftar login menulis sendiri pojok kanan atas kontroversi
Comunication & Mass Serving Beurau Indonesia Bebas Masalah
Hampir setiap negara pasti pernah mengalami inflasi, terutama inflasi tahunan. Secara sederhana, inflasi adalah kenaikan harga yang terjadi terus menerus dalam periode tertentu. Sementara itu, kenaikan harga pada umumnya terjadi karena peningkatan permintaan dalam negeri.
Saat kenaikan harga meluas, secara otomatis nilai mata uang akan menurun. Namun begitu, dalam jangka waktu tertentu, daya beli masyarakat pun akan ikut turun jika nilai mata uang rendah. Maka dari itu, penting bagi negara mengidentifikasi tingkat inflasi dan melakukan kebijakan untuk mengatasinya.
Penentuan tingkat inflasi dapat dilihat dari Badan Pusat Statistika (BPS) yang melakukan Survei Biaya Hidup (SBH) dan menghasilkan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Pengukuran IHK meliputi pengeluaran yang umum dilakukan masyarakat seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
Bagi masyarakat awam, mempelajari cara menghitung inflasi juga dibutuhkan agar mengetahui tentang kondisi ekonomi Indonesia.
Masih terkendali
Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, laju inflasi domestik tahun ini masih terkendali.
Pernyataan itu disampaikan Gubernur BI dalam acara pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Tim Pengendalian Inflasi, di Istana Negara, Jakarta. disampaikan Gubernur BI, pagi hari ini, Rabu (25/8/2021),
Kata Perry, sampai Juli 2021, inflasi terjaga rendah di hampir seluruh daerah. Secara nasional, tercatat 1,52 persen year on year.
Hal itu sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah, belum kuatnya permintaan, serta ketersediaan pasokan.
“Kami memperkirakan, inflasi tahun 2021 dan 2022 bisa terjaga dalam kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen”, ucapnya melaporkan kepada Joko Widodo Presiden.
Walau begitu, Perry menyampaikan, risiko kenaikan inflasi tahun 2022 tetap perlu diantisipasi, seiring dengan kenaikan permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas dunia.
Sebelumnya, Gubernur BI menyatakan kebijakan moneter longgar yang diberlakukan sejak tahun lalu berpotensi menimbulkan tekanan inflasi, karena makin banyak uang yang beredar.
Sejak pandemi Covid-19, BI aktif memberikan stimulus moneter. Suku bunga acuan diturunkan sampai ke 3,5 persen. Angka itu tercatat paling rendah sepanjang sejarah.
BI juga menggelontorkan likuiditas di pasar (quantitative easing).
Menurut Perry Warjiyo, tekanan inflasi baru akan muncul tahun 2023.
Tapi, BI sudah menyiapkan upaya antisipasi risiko tekanan inflasi. Salah satunya, mengurangi injeksi likuiditas secara bertahap.
Diskursus Inflasi, Cara Menghitung, serta Cara Negara Mengatasinya
Memahami Konsep Dasar Inflasi
Perhatikan ilustrasi berikut untuk mendapat pemahaman yang lebih mudah. Untuk membeli cabai sebanyak 1 kg hari ini, kamu perlu mengeluarkan uang sebesar Rp100 ribu. Padahal beberapa bulan sebelumnya, 1 kg cabai dapat diperoleh dengan harga sebesar Rp30 ribu.
Berdasarkan ilustrasi di atas, terlihat bahwa ada perbedaan harga yang cukup signifikan untuk komoditas yang sama dalam periode tertentu. Namun, inflasi bukan sekadar merujuk pada perbedaan nominal tersebut, melainkan pada menurunnya nilai mata uang yang terjadi. Jika dahulu uang Rp100 ribu dapat digunakan untuk membeli 3 kg cabai, maka sekarang uang tersebut hanya cukup untuk 1 kg cabai. Artinya, nilai uang Rp100 ribu saat ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Pengertiani inflasi :
Kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Namun, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.
Cara Menghitung dan Indikatornya
Negara memiliki cara menghitung inflasi menggunakan indikator yang ada. Angka didapat dari berbagai sumber dalam jangka waktu tertentu.
Jika tren harga terus naik dan bertahan, tandanya inflasi sudah terjadi. Berikut indikator yang dimiliki oleh pemerintah.
- Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan harga rata-rata kebutuhan konsumen.
- Indeks harga produsen yang merupakan harga rata-rata dari bahan baku untuk produksi.
- Indeks harga komoditas yaitu menilik harga barang-barang tertentu.
- Indeks biaya hidup melihat pada rata-rata biaya hidup di masyarakat.
- Melihat besarnya perubahan harga PDB atau Produksi Domestik Bruto
Kalau salah satu indikator sudah diketahui, cara menghitung inflasi rata-rata pertahun adalah dengan menghitung selisihnya, dibagi dengan IHK terbaru, dan dikalikan dengan 100.
Ilustrasinya sebagai berikut:
- IHK BBM tahun 2008= Rp4.000 per liter
- IHK BBM tahun 2019= Rp6.550 per liter
Cara menghitung komponen diatas
(Rp6.550 – Rp4.000)/Rp6.550 x 100
= 0,389 x100
= 38,9%
Selama kurang lebih 11 tahun, inflasi yang dialami Indonesia dilihat dari IHK BBM adalah 38,9%.
Artinya, rata-rata inflasi per tahun adalah 3,5%. Tentu saja, angka ini bisa dibandingkan dengan IHK lain untuk melihat inflasi secara keseluruhan.
Bagaimana Pemerintah Mengatasinya?
Pemerintah perlu memiliki berbagai kebijakan, instrumen, serta strategi untuk mengatasi inflasi yang terjadi di masyarakat. Untuk mencapai kestabilan, pemerintah harus menjaga agar angka inflasi stabil di angka 3,5% melalui kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan kebijakan lainnya.
Salah satu program yang terus dijalankan pemerintah adalah 4K yaitu Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Koordinasi komunikasi yang efektif, dan Kelancaran distribusi. Keempat hal tersebut dapat membantu banyak dalam menghadang inflasi terutama jika semua pihak ikut bekerja keras untuk mewujudkannya.
Jangan Panik Agar Tidak Semakin Parah
Sering terjadi, inflasi semakin buruk karena pola belanja masyarakat yang berubah. Misalnya saja, menimbun bahan pangan tertentu karena ada isu gagal panen karena cuaca. Agar tidak kehabisan, masyarakat membeli stok yang ada dalam jumlah yang banyak.
Hal ini menyebabkan permintaan akan bahan pangan tersebut tinggi, mempercepat habisnya stok, lalu melambungkan harganya. Padahal tanpa harus menimbun, pemerintah dengan sendirinya akan mencari cara agar stok untuk masyarakat tetap aman dengan cara lain, misalnya dengan melakukan impor.
Agar terhindar dari inflasi, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk menjaga kestabilan ekonomi keluarga adalah dengan berinvestasi. Kalau Anda jeli peluang, sebaiknya lakukan investasi dengan cara yang legal seperti membeli logam mulia, belajar reksadana, atau membeli properti. Dengan begitu, Anda bisa menghindari inflasi dan tidak terkena dampaknya jika suatu saat ekonomi Indonesia terguncang.
Dampak Positif dan Negatif Inflasi terhadap Negara
Ternyata dengan adanya inflasi, nilai uang yang kita punya akan menurun.
- Apa saja sih dampak positif dan negatif inflasi?
- Kenapa masyarakat cemas jika inflasi terjadi?
Simak pembahasan berikut terkait apa saja dampak inflasi yang memiliki dampak positif dan dampak negatif.
DAMPAK POSITIF INFLASI
Kedengarannya aneh jika inflasi kok malah menguntungkan?.
Bagi sebagian pihak, misalnya debitur (orang yang menerima utang) akan mendapatkan untung karena dengan adanya inflasi, uang yang dia kembalikan akan mempunyai nilai lebih rendah dibanding saat meminjam.
Lalu, siapa lagi, ya, orang-orang yang mendapat untung dengan adanya inflasi ini?
Orang-orang yang mendapat untung dengan adanya inflasi antara lain para pengusaha yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya produksinya. Jika harga barang naik (saat inflasi), produsen akan terdorong untuk meningkatkan jumlah barangnya. Nah, peningkatan jumlah barang ini tentu akan meningkatkan penghasilan produsen. Apalagi kalau barang yang dijual merupakan kebutuhan pokok yang akan tetap dibeli orang banyak meskipun harganya naik. Wah, ternyata inflasi punya dampak positif yang cukup besar juga.
DAMPAK NEGATIF:
Squad, kira-kira, apa saja ya dampak negatif inflasi? Sebanyak dampak positifnya nggak, ya? Yuk, kita simak pembahasannya!
1. Kreditur
Sebaliknya, dampak negatif akan terasa bagi para kreditur/pemberi pinjaman. Kenapa? Karena dengan adanya inflasi, nilai uang yang mereka terima akan lebih kecil dibandingkan saat dia meminjamkan (sebelum terjadi inflasi).
2. Orang-orang yang Berpenghasilan Tetap
Mereka yang mempunyai penghasilan tetap seperti PNS, pegawai swasta, polisi, tentara akan mendapatkan dampak buruk dari inflasi ini. Dengan adanya inflasi, harga-harga barang akan naik, sementara pendapatan (gaji) yang mereka terima tidak ikut naik. Lebih jauh, ini berarti inflasi bisa menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat karena daya belinya yang semakin rendah.
3. Perekonomian Nasional
a) Memburuknya distribusi pendapatan
Jika dilihat secara keseluruhan dari sudut pandang negara, inflasi akan menguntungkan bagi mereka yang mempunyai tingkat pendapatan lebih besar daripada laju inflasinya. Akan tetapi, jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kerugian akibat inflasi. Oleh karena itu, pola pembagian pendapatan di suatu negara menjadi berat sebelah dan tidak merata.
b) Terganggungnya stabilitas ekonomi
Tidak bisa dipungkiri bahwa inflasi akan menyebabkan terganggunya stabilitas ekonomi. Hal ini dikarenakan sewaktu terjadi inflasi, pasti akan ada kemungkinan bahwa inflasi akan berlangsung terus menerus, yang berarti, harga-harga akan terus naik. Oleh karena itu, para konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian besar-besaran sebelum harga naik, yang menyebabkan permintaan meningkat.
Di sisi lain, produsen akan menurunkan penawaran, karena proses penjualan ketika inflasi akan menyebabkan produsen mendapat keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa naiknya permintaan dan menurunnya penawaran akan mempercepat laju inflasi. Hasilnya, kondisi ekonomi secara umum akan menjadi lebih buruk lagi.
Inflasi Perlu Dikendalikan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan inflasi perlu dikendalikan karena menguras pendapatan masyarakat dan nilai rupiah.
“Ketika inflasi bergerak naik, maka daya beli masyarakat menjadi turun sehingga pendapatan masyarakat terkuras untuk mencukupi kebutuhan,” katanya saat berbicara pada temu wartawan daerah di Jakarta, Senin, 3 Oktober 2016.
Pada yang sama, kata dia, nilai rupiah juga ikut tergerus karena untuk mendapat jumlah barang kebutuhan sama seperti sebelum inflasi naik, maka nilai rupiah yang harus dikeluarkan menjadi lebih besar.
Oleh karena itu, kata dia, untuk menjaga stabilitas nilai rupiah dan pendapatan masyarakat, maka BI sebagai bank sentral berkewajiban untuk mengendalikan inflasi.
“Ketika inflasi terkendali, maka nilai rupiah menjadi stabil dan daya beli masyarakat juga membaik,” katanya.
Ia mengatakan dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, BI satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah, kata dia, mengandung dua aspek, yakni kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
“Kalau mata uang asing menguat, maka rupiah melemah. Artinya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing melemah atau rendah,” katanya.
Selain menjaga kestabilan nilai rupiah, BI mengendalikan sistem pembayaran, yakni pembayaran tunai dan non-tunai.
Sistem pembayaran tunai terkait dengan tugas BI dalam pencetakan uang, mengedarkan, menarik uang lusuh, dan memusnahkan uang lusuh, sedangkan non-tunai terkait dengan transaksi masyarakat melalui sistem elektronik.
Inflasi ~ Pengangguran
Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang kompleks. Inflasi memiliki hubungan dengan banyak masalah ekonomi yang lain. Inflasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi lain tersebut. Salah satu masalah ekonomi yang berhubungan dengan inflasi adalah pengangguran. Lantas, bagaimana hubungan antara inflasi dengan pengangguran?
Selama bertahun-tahun, para ekonom telah mempelajari hubungan antara pengangguran dan inflasi upah serta tingkat inflasi keseluruhan. A.W. Phillips adalah salah satu ekonom pertama yang menyajikan bukti kuat tentang hubungan terbalik antara pengangguran dan inflasi upah.
Phillips mempelajari hubungan antara pengangguran dan tingkat perubahan upah di Inggris selama hampir satu abad penuh, yaitu dari tahu 1861 hingga 1957.
Phillips berhipotesis bahwa ketika permintaan tenaga kerja tinggi dan ada beberapa pekerja yang menganggur, pengusaha dapat diharapkan untuk menawar upah dengan cukup cepat. Namun, ketika permintaan tenaga kerja rendah dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku. Implikasinya adalah tingkat upah turun sangat lambat.
Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan tingkat upah adalah tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang dalam keadaan baik, pengusaha akan mengajukan penawaran lebih keras untuk pekerja. Hal ini menandakan bahwa permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan cepat daripada jika permintaan akan tenaga kerja tidak meningkat atau hanya meningkat dengan lambat.
Karena upah dan gaji adalah biaya input utama bagi perusahaan, kenaikan upah harus mengarah pada harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa dalam suatu ekonomi, yang pada akhirnya mendorong tingkat inflasi keseluruhan yang lebih tinggi. Akibatnya, Phillips membuat grafik hubungan antara inflasi harga umum dan pengangguran, bukan inflasi upah. Grafik tersebut dikenal sebagai Kurva Phillips.
Kurva Philips jangka pendek dapat digambarkan sebagai:
Dari grafik Kurva Philis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dan pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran akan menurun, begitupun sebaliknya.
Bantahan Teori Kurva Philips
Seperti halnya pada teori-teori lain, ada teori yang juga membantah teori kurva Philips. Pada akhir tahun 1960-an, sekelompok ekonom moneteret yang dipimpin oleh Milton Friedman dan Edmund Phelps, berpendapat bahwa Kurva Phillips tidak berlaku dalam jangka panjang. Mereka berpendapat bahwa dalam jangka panjang, ekonomi cenderung akan kembali ke tingkat pengangguran alami. Hal ini terjadi karena tingkat pengangguran pada jangka panjang akan menyesuaikan tingkat inflasi.
Ketika inflasi meningkat, pekerja dapat memasok tenaga kerja dalam jangka pendek karena upah yang lebih tinggi
Tingkat alami yang dimaksud adalah tingkat pengangguran jangka panjang yang diamati setelah efek dari faktor siklus jangka pendek telah menghilang dan upah telah disesuaikan ke tingkat dimana pasokan dan permintaan di pasar tenaga kerja seimbang. Jika pekerja mengharapkan harga naik, mereka akan menuntut upah yang lebih tinggi sehingga upah riil mereka yang disesuaikan dengan inflasi menjadi konstan.
Saat kebijakan moneter atau fiskal diberlakukan untuk menurunkan pengangguran di bawah tingkat alami, peningkatan permintaan yang dihasilkan akan mendorong perusahaan dan produsen untuk menaikkan harga lebih cepat.
Ketika inflasi meningkat, pekerja dapat memasok tenaga kerja dalam jangka pendek karena upah yang lebih tinggi.
Hal ini akan mengarah pada penurunan tingkat pengangguran.
- Namun dalam jangka panjang, ketika pekerja sepenuhnya menyadari hilangnya daya beli mereka dalam keadaan inflasi, kesediaan mereka untuk memasok tenaga kerja berkurang dan tingkat pengangguran naik ke tingkat alami.
- Namun, inflasi upah dan inflasi harga umum terus meningkat.
Oleh karena itu, dalam jangka panjang inflasi yang lebih tinggi tidak akan menguntungkan ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih rendah.
Dengan cara yang sama, tingkat inflasi yang lebih rendah seharusnya tidak menimbulkan biaya pada ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih tinggi.
Karena inflasi tidak berdampak pada tingkat pengangguran dalam jangka panjang, kurva Phillips jangka panjang berubah menjadi garis vertikal pada tingkat pengangguran alami.
Garis merah pada kurva di bawah ini merupakan Kurva Philips jangka panjang. garis vertikal tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang tingkat inflasi tidak berhubungan dengan tingkat pengangguran.
Temuan Friedman dan Phelps memunculkan perbedaan antara kurva Phillips jangka pendek dan jangka panjang. Kurva Phillips jangka pendek termasuk inflasi yang diharapkan sebagai penentu tingkat inflasi saat ini.
Terlepas dari hubungannya dengan tingkat pengangguran, ternyata inflasi juga memiliki pengaruh terhadap lapangan pekerjaan. Inflasi dinilai dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Asumsi tersebut didukung oleh pernyataan Irving Fisher yaitu inflasi cenderung meningkatkan penjualan dan harga jual lebih cepat daripada meningkatkan biaya.
Namun keadaan dimana inflasi dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dapat terjadi hanya saat inflasi tidak terduga.
Hal yang Menyebabkan Kurva Phillips Bergeser
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kurva Phillips merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara inflasi dan pengangguran.
Dalam jangka pendek, inflasi dan pengangguran berhubungan negatif. Sebaliknya, dalam jangka panjang tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tidak memiliki hubungan.
Pada tahun 1960-an, para ekonom percaya bahwa kurva Phillips jangka pendek stabil.
Pada tahun 1970-an, peristiwa ekonomi menghancurkan asumsi bahwa kurva Phillips dapat diprediksi.
Lantas, apa peristiwa ekonomi tersebut?
Peristiwa ekonomi tersebut adalah stagflasi yang disebabkan oleh guncangan pasokan agregat. Guncangan pasokan agregat, seperti kenaikan biaya sumber daya, dapat menyebabkan kurva Phillips bergeser.
Ingin Berkontribusi?
Masuk menggunakan akun microsite anda, apabila belum terdaftar silakan klik tombol di bawah.
- Serba-Serbi Hybrid Gairah Baru Usai Pandemi
- Peristiwa korban penganiayaan Jurnalis oleh oknum LSM LRM-GAK telah memasuki tahapan penyidikan
- Mengurai Persoalan Pelaksanaan Vaksinasi Di Daerah
- Gotong Royong, Kunci Suksesnya PPKM Level 4
- Manfaat Secondment, Knowledge Management dan Sinergi di Kementerian Keuangan
- Efisiensi Perencanaan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Melalui Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2022
- 9 Aspek Keuangan Negara dalam UU Cipta Kerja Terkait Peningkatan Investasi
Attachment | Size |
---|---|
210710-Laporan Kajian Tata Kelola Alat Kesehatan Dalam Kondisi Covid-19_FINAL.pdf | 582.03 KB |
Baca juga :
- Bangkitkan Potensi Desa wisata, Desa sumberejo Sajikan Wisata Petik Buah Semangka
- Renungan muharram dalam acara detik pergantian tahun baru Hijriyah
- Lamongan Bisa Jadi Inspirasi untuk Melawan Covid-19
- SKK Migas Memulai Eksplorasi Diwilayah Beru Lamongan
- Menko PMK RI Kunjungi Gudang Farmasi Dinkes Gresik
- Lima Pejabat Resmi Daftarkan Diri sebagai Sekda Lamongan, Ini Penjelasannya